Toleransi
TOLERANSI
Pengertian dan Sikap Toleransi dalam
Kehidupan Sehari-hari -Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa supaya saling mengenal. Antara satu bangsa dengan bangsa lain
memiliki budaya dan karakteristik berbeda-beda. Demikian pula dengan Indonesia.
Indonesia merupakan negara majemuk dengan beragam perbedaaan. Perbedaan suku,
agama, warna kulit, dan bahasa di Indonesia merupakan anugerah berharga dari
Tuhan. Semua ini merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh
bangsa lain.
Oleh karena itu sudah selayaknyalah
kita bersyukur atas semua karunia dari Tuhan. Lalu bagaimana cara
mensyukurinya? Tidak lain adalah dengan saling menghormati, menghargai, serta
memelihara hubungan baik antarsesama warga Indonesia.
Toleransi berasal dari bahasa Latin
yaitu "tolerare" artinya menahan diri, bersikap sabar,
membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang
memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan
yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para
penganutnya.
Jadi secara umum toreansi adalah
sikap yang membebaskan (membiarkan) orang lain utuk berpendapat ataupun
melakukan hal yang tidak satu ide (sependapat) dengan diri kita, tanpa kita
melakukan intimidasi terhadap orang ataupun kelompok tersebut.
1. Pengertian Toleransi
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara
istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan
antarsesama manusia.Allah Swt. menciptakan manusia berbeda satu sama lain.
Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif.
Sebaliknya, perbedaan bisa memicu konik jika dipandang secara negatif.
Toleransi dalam Islam mencakup dua hal yaitu;
- toleransi antar sesama muslim dan
- toleransi kepada nonmuslim.
Toleransi antarsesama muslim berarti menghargai dan menghormati
perbedaan pendapat yang ada dalam ajaran agama Islam. Misalnya, perbedaan pendapat
mengenai jumlah rakaat salat tarawih.
Perbedaan-perbedaan dalam tubuh
agama Islam masih bisa ditoleransi apabila terjadi dalam masalah furu’iyah
(cabang), seperti jumlah rakaat tarawih, doa qunut, dan lain-lain. Namun, kita
tidak boleh toleransi dalam masalah ushul (pokok) dalam Islam, misalnya kitab
suci al-Qur’ān, kiblat, dan Nabi. Ada orang mengaku Islam tetapi kiblat
salatnya bukan di Ka’bah, kitab sucinya bukan al-Qur’ān, nabinya bukan Muhammad
saw. Maka kita harus menolak keras pendapat seperti ini, namun tidak boleh
berbuat anarkis atau menghakimi sendiri dengan tindakan kekerasan.
Adapun yang dimaksud toleransi
kepada nonmuslim yaitu menghargai dan menghormati pemeluk agama lain untuk
beribadah sesuai agama dan keyakinannya masing-masing.
2. Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari
Toleransi merupakan salah satu
akhlak mulia (akhlakul karimah) yang harus dimiliki setiap muslim. Dengan
menjunjung tinggi sikap menghargai perbedaan ini maka kehidupan masyarakat akan
damai dan sejahtera. Oleh karena itu kita harus menerapkan toleransi dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari toleransi dapat diwujudkan dengan sikap-sikap
sebagai berikut.
- Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.
- Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat lain.
- Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain.
- Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa sesuai agamanya masing-masing.
- Memberikan kesempatan untuk melaksana-kan ibadah bagi nonmuslim.
- Memberikan rasa aman kepada umat lain yang sedang beribadah.
- Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
- Mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama.
- Menolong tetangga beda agama yang sedang kesusahan.
Lebih dari itu sikap toleransi
kepada sesama muslim harus lebih diperkokoh. Hal ini pernah dicontohkan
Rasulullah saw. dan umat Islam ketika berada di Madinah. Hubungan persaudaraan
antara Muhajirin (kaum muslimin dari Mekah) dan Ansar (kaum muslimin Madinah)
terjalin sangat erat. Kehidupan kedua golongan itu setiap hari diliputi oleh
suasana saling pengertian, saling membantu dan saling bekerja sama. Apabila
seorang dari Ansar memiliki rumah, maka rumah itu digunakan bersama dengan
Muhajirin. Jika Muhajirin memiliki makanan dan minuman, maka makanan dan
minuman itu dibagi dengan Ansar. Dengan persaudaraan dan toleransi yang tinggi
seperti ini maka umat Islam waktu itu mempunyai ikatan yang kokoh. Rasulullah
saw. mengibaratkan umat Islam sebagai satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang
sakit maka anggota tubuh lain juga ikut merasakan sakit. Demikian pula dengan
umat Islam, jika ada salah seorang anggota masyarakat muslim mengalami
kesulitan maka warga yang lain hendaklah membantunya.
Kepada umat agama lain, Islam juga
mengajarkan untuk toleransi. Dalam Islam tidak ada ajaran supaya membenci atau
memusuhi umat agama lain. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan
dalam suasana damai, rukun, dan saling. Rasulullah saw. dan umat Islam sudah
mencontohkan toleransi antarumat beragama pada waktu berada di Madinah. Umat
Islam, Nasrani, dan Yahudi diberi kebebasan dan dijamin hak-haknya untuk
melaksanakan ibadahnya masing-masing.
Namun perlu
diingat bahwa toleransi kepada golongan nonmuslim hanya terbatas pada masalah-masalah
duniawi, seperti kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan
masalah-masalah lain yang berkaitan dengan keduniaan. Adapun yang berkaitan
dengan masalah aqidah dan ibadah harus sesuai dengan agamanya masing-masing.
Komentar
Posting Komentar